Makna Dibalik Lagu LIR ILIR
- Lirik Lagu Lir Ilir
Lir ilir lir
ilir tandure wong sumilir
Tak ijo royo royo
Tak sengguh penganten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’0 surak hiyo
Tak ijo royo royo
Tak sengguh penganten anyar
Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
Dondomono jrumatono kanggo seba mengko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak’0 surak hiyo
- Makna yang terkandung lagu di atas adalah sbb:
- Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
- Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
- Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
- Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
Makna: Sebagai
umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat
malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam
diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan
demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan
tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman
tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin
baru.
- Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
- Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
- Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
- Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
Makna: Disini
disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk
digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan
hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon
belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing
disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita
harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita
tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa
gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
- Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
- Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
- Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
- Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
Makna: Pakaian
taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini,
untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak
kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
- Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
- Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
- Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
Makna: Kita
diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan
dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada
yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!…… Lir ilir, judul dari tembang di
atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung
makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat
kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor
harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau
sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah
mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa
seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito
(Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues
(Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik
“Harp to Heart“.
Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya
Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya
bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati)
bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang
perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran
? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan
lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita
fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir.
Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini
mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang
dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah
sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang
mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian
maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf
penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru
dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok
“Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain?
Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu
membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan
yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing
berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah
isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang
menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno”
? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam
dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam
melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah,
walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang
dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian
taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan,
perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah
pakaian taqwa“.
dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu
ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk
mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah
ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali
mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu
hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata,
ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita
terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu
kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)
Semoga artik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar